Revenue

Kamis, 06 Oktober 2011

LARA HATI

Matahari bersinar cemerlang dengan awan putih yang bergumpal-gumpal, terlihat indah pada pagi hari ini. ditambah kicauan burung kutilang yang menjadikan suasana lebih ramai. Gemersik daun-daun yang tertiup angin, berayun-ayun seakan menari-nari menyambut sang penguasa siang datang.  Seorang anak perempuan berambut hitam panjang sebahu, memakai pakaian yang kumal namun bersih, bersender di batang sebuah pohon mangga dan berkata,
“matahari kamu buat aku silau, aku benci kau matahari, hei… burung-burung apa maksud kalian bersiul setiap pagi apa kalian tidak bosan?,kalian hanya buat kupingku bising, dan daun-daun, kau senang melihatku yang sedang kesusahan ini?”
Beberapa saat kemudian anak itu meneteskan air matanya satu demi satu dan, akhirnya tenggelam dalam lamunan yang telah di dapatkanya dua hari yang lalu.
***
Pagi yang sama seperti biasanya, indah, bersinar, dan berisik oleh kicauan burung-burung kutilang.
“ Sora…!”, terdengar suara indah merdu seorang ibu memanggil anaknya.
“iya bu…!” sahut sora, menjawab panggilan ibunda tercintanya. Sora bergegas bangun dari tempat ia duduk dan langsung menuju dapur di mana ibundanya sedang memasak. Sesampainya di dapur Sora melihat seorang wanita yang sudah berumur, berkulit putih keriput, dan berbaju coklat tua sedang tersenyum melihat kepadanya. “ ada apa bu?”, tanya Sora.
“sayang bisa bantu ibu sebentar, tolong belikan tabung gas di warungnya ma Ecin, ibu tidak bisa memasak kalau begini”, pinta ibu kepada Sora.
“Baik bu” jawab Sora dengan semangat. Sora anak yang ceria meskipun keluarganya termasuk dalam kategori keluarga tidak mampu, ia dapat memahami bagaimana kondisi keluarganya dengan hati yang lapang, dan ia tidak mau jika kemiskinan itu menjadi alasan untuk tidak hidup dengan bahagia, menurutnya kebahagiaan itu bukan berasal dari materi, tetapi dari kasih sayang keluarga.
Salah satu bukti seperti Elena teman baik Sora yang kaya raya, barang apapun yang Elena mau pasti Elena dapatkan, namun Elena juga manusia yang perlu akan kasih sayang. Ayah Elena pengusaha minyak yang sukses, tiga perusahaan bahkan lebih telah direkrut oleh ayahnya, sehingga hampir tidak ada waktu bagi Elena untuk bertemu dengan ayahnya. Sedangkan ibunya Elena sibuk dengan urusannya sendiri sebagai wanita karir yang sukses di bidang jurnalistik, ibunya seorang reporter TV swasta, bahkan pernah dikirim ke Palestina sebagai reporter yang tugasnya memberitahukan bagaimana situasi dan kondisi di Palestina. Ibunya pun hampir tidak ada waktu untuk menemaninya.
Beruntung sekali Sora yang memiliki keluarga lengkap, seorang ayah yang bertanggung jawab, telaten dan menyayangi anak istrinya. Seorang ibu yang tiada habisnya melimpah curahkan rasa kasih sayangnya kepada anak-anak dan suaminya, dan adik laki-lakinya Ega yang masih berumur enam tahun dan agak nakal, namun Sora bisa memaklumi kenakalan adiknya yang masih sebatas wajar.
Sora berlari menuju warung Bu Ecin, dan pada akhirnya sampailah Sora di sana.
“ Bu ada gasnya?”, Tanya Sora
“ iya ada Sora, masih banyak stoknya”, jawab Bu Ecin
“kalau begitu saya beli satu bu, harganya berapa?”, Tanya sora lagi.
“ biasa Sora Rp 14000 saja, belum naik ko!” jawab Bu Ecin sambil tersenyum
“ owh iya ini bu uangnya”. Sora menyodorkan uang 5000an tiga lembar.
“eh… mana tabung gas yang kosongnya Sora???”, tanya Bu Ecin
“ehh…maaf bu ketinggalan, sebentar saya ambil dulu ke rumah”. Sora berlari kembali kerumah.
Namun belum Sora sampai di rumah, seorang ibu berlari mendekati Sora dengan nafas yang terpengah-pengah.
“Sora cepat ibumu!”
Sora diam dan kemudian bertanya pada ibu tersebut sebenarnya apa yang terjadi, setelah mendengar cerita dari ibu tersebut sora langsung buru-buru berlari kerumahnya, di sana terlihat orang berkerumun. Sora langsung menerobos kerumunan orang, Jantung sora berdetak kencang ketika melihat ibunya sudah tergeletak tak bernyawa. Sora berteriak kencang
“ Ibbbbbbbbbbbuuuuuuuuuuuuuuuuu!, ada apa ini ibu, ada apa?, ibu bangun! Ibu bangun!”
***
“Sayang jangan menangis itu buat ibu sedih, apa kamu tidak kasihan pada adikmu?”
“ibu..ibu..ibu, kenapa ibu pergi???, kenapa???, ibu kan sudah berjanji kita akan selalu bersama”. Suara Sora menyentak
“sayang ibu takakan pergi, ibu janji”
“tidak ibu bohong, ibu tak sayang Sora, biarlah Sora sendiri, tapi bagaimana dengan adik bu?, bagaimana dengan Ayah?, mereka menyayangi ibu”, tak tahan sora mencucurkan air matanya satu demi satu.
“sayang ibu sangat menyayangi kalian sangat”, suara ibu dengan lembut
“Lalu kenapa ibu pergi???, ibu…ibu…ibu…jujur kami tidak bisa hisup tanpa ibu”
“ sayang, ibu harap jaga adik dan ayahmu, ibu akan slalu mengawasi kalian, ibu akan hidup dalam hati kalian, ibu yakin kamu adalah anak ibu yang paling kuat, ibu titipkan adik dan ayah padamu sora, ibu sayang kalian sampaikan salam ibu pada adik dan ayah, Sora jadilah anak yang baik, jangan buat ayah kesal, ibu yakin kamu bisa sayang, ibu yakin!!!”
“ibu…Sora mohon jangan pergi bu,,,,”
“sayang berikan tanganmu…, ibu titip bros ini jika Sora kangen ibu, jika sora sedang ingin dekat ibu, jika sora membutuhkan ibu, peganglah erat-erat bros ini ibu akan slalu temanimu”
“ibu..ibu…jangan pergi”
“ sayang, Sora sayang ibu?”
“iya ibu”
“kalau begitu, simpan bros ini, jadilah anak yang berbakti”
Ibu Sora tersenyum memeluk erat tubuh Sora, mencium kening Sora, sora pun merasakan pelukan hangat ibunya, ia terlelap dalam tidur dekapan ibunya sebeleum itu sora berkata
“terimakasih ibu, Sora menyayangi Ibu”
***
“kak…bangun”
Sora terbangun dari tidurnya, ia terdiam sejenak untuk mengumpulkan memori-memori indah bersama ibunya, di lihatnya adik kecil polos di depan matanya, lalu ia memeluk sang adik dengan erat, ia berjanji akan slalu menjaga adik dan ayahnya demi ibunda tercinta. Di depan pohon mangga mereka berdua berpelukan. Tiba-tiba ayah Sora datang, lalu mengajak Sora untuk mengunjungi makam ibunya. Merekapun bersama-sama mendatangi makam. Lalu ketika semua khusuk berdoa, ada suara perempuan memanggil Sora dari belakang, Sora pun berbalik, terlihat seorang wanita paruh baya, persis dengan ibunya.
“siapa anda???’
“saya ibumu….”
Sora terkejut, namun perempuan itu hanya tersenyum, dengan di sambut senyuman ayah yang seakan-akan dialah sosok ibu Sora.

2010

Meiga Astri Suherlan. Mahasiswa Bahasa dan Sastra Inggris, bergiat di komunitas Sasaka UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Do you like this story?

Tulisan Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar