Pada mulanya kegelisahan sebagai mahasiswa sastra Inggris
di Universitas Negeri Islam Sunan Gunung Djati Bandung. Atep Kurnia dan Pungkit
Wijaya sering berdiskusi di warung-warung pinggir kampus. Setelah beres belajar
di kelas atau pun ketika sedang menunggu jam-jam kosong-menunggu dosen. Maka
dari situ tercetus sebuah ide untuk membentuk satu wadah, Pada tanggal 9
januari 2009 kami pun membentuk satu komunitas yang bernama sasaka, yang
berarti “lawang panto” pintu masuk.
Di sisi lain, Dengan nama itu meskipun kuliah di jurusan
sastra Inggris, selayaknya kami memakai nama lokal yang berfilosofi pada proses
pengembangan untuk komunitas yang mampu mengembangkan sastra secara luas dan
mengembangkan proses literasi di kampus umumnya.
Dengan demikian,
Pungkit Wijaya dan atep kurnia serta Neng Ema yang baru direkrut,
Mempunyai visi mengembangkan literasi dalam arti yang lebih luas. Secara
harfiah, literasi mengacu pada kegiatan baca-tulis. Namun sesuai dengan yang
dinyatakan oleh UNESCO, kini arti literasi kian meluas. Dalam rumusannya,
UNESCO menyatakan bahwa literasi merupakan kemampuan seseorang, berdasarkan
kegiatan baca-tulis, untuk mengerti, memahami, dan ikut berkontribusi di dalam
kegiatan masyarakat di tempat orang yang terlibat dalam kegiatan literer
tersebut.
VISI DAN MISI
Visi
Dengan slogan“Reading a Books, The Empowering The
Self”, aprsesiasi karya sastra( Puisi, Cerpen, Novel, Naskah Drama) dan
mengadakan acara sastra yang bertempat di indoor ataupun di Outdoor.
Mengembangkan
literasi dalam arti yang lebih luas. Secara harfiah, literasi mengacu pada
kegiatan baca-tulis. Namun sesuai dengan yang dinyatakan oleh UNESCO, kini arti
literasi kian meluas. Dalam rumusannya, UNESCO menyatakan bahwa literasi
merupakan kemampuan seseorang, berdasarkan kegiatan baca-tulis, untuk mengerti,
memahami, dan ikut berkontribusi di dalam kegiatan masyarakat di tempat orang
yang terlibat dalam kegiatan literer tersebut.
Misi
Mengajak,
“memprovokasi” mahasiswa sastra khususnya, mahasiswa UIN SGD pada umumnya untuk
lebih mengenal, memahami, dan memperoleh manfaat baik karya maupun pengarang
sastra Sunda, Indonesia, Inggris, dan lain-lain. Membaca secara dekat (close reading) dan secara kontekstual
karya-karya dan para pengarang sastra.
Menelaah secara
kritis karya yang akan dibahas. Mula-mula dibaca secara close reading struktur
karya tersebut. Dan terakhir karya tersebut dikontekstualisasikan dengan:
keadaan karya sastra kita, keadaan realitas kehidupan kita sehari-hari, dsb.
Setelah itu mampu
berkarya kreatif: dalam artian pertama, Mampu menuliskan yang sedang
didiskusikan dari tadarusan. Berupa artikel atau laporan kegiatan, yang
pertemuan yang akan datangnya harus dibawa dan pada awal pertemuan dibahas
secara bersama-sama, dikomentari, dikritisi, dan lain-lain. Kedua, mampu
menulis karya kreatif berupa esai, cerpen, sajak, dan lain-lain berdasarkan,
paling tidak, pada hasil pembacaan karya-karya yang didiskusikan pada
tadarusan, juga hasil pembacaan karya-karya literer di luar kegiatan tadarusan,
yang nantinya juga dapat didiskusikan dan lebih jauhnya dapat dikirim ke media
massa.
0 komentar:
Posting Komentar