Revenue

Jurnal SASAKA

Edisi Juni 2012

Haul to Chairil Anwar

Acara FAS (Forum Alternatif Sastra)

Komunitas Sasaka

Pungkit, Anto,Atep, Ema

Acara Godi Suwarna

Sedang menyimak

Diskusi

Kebersamaan tak lekang oleh waktuuuu

Dado dan Nira

MC Acara FAS

Pungkit, Ema dan Atep

kongko-kongko

Jurnal SASAKA

Coming Soon Edisi September 2012

Senin, 28 November 2011

SANG SUREALIS DAN NOBEL SASTRA 2011


Penganugrahan nobel kesusastraan telah disiarkan. Betapa tidak, moment tersebut sudah ditunggu-tunggu oleh semua sastrawan di seluruh dunia. Sebab perayaan tersebut menjadi semacam kebanggaan bagi para sastrawan dunia. Yang karyanya bagus dan memukau dewan juri maka akan masuk nominasi, tentu saja ada beberapa kategori yang khusus untuk menentukan siapa pemenangnya.


Terlebih setelah komite hadiah Nobel di Akademi Kerajaan Swedia, Kamis (06/10) di Stockholm mengumumkannya. Yakni penyair Swedia, Tomas Transtroemer (80) meraih hadiah Nobel sastra 2011, Trantroemer kerap menyuguhkan karya yang sederhana tetapi berbau mistik tentang alam, sejarah, dan kematian, seperti yang di ungkapkan  juri Swedis Acamedy “Transtroemer dianugerahi hadiah bergengsi itu karena mampu menghadirkan gambaran realitas yang "tembus cahaya", ringkas, dan padat. "Dia memberi kita akses segar ke arah realitas".


Puisinya penuh dengan imajinasi dan emosi, tetapi juga berisi hal-hal yang tak disangka-sangka sehingga membuat karyanya secara bersamaan disorientasi dan menyegarkan.
    
Selan itu, Transtomer yang terkenal di kawasan Skandinavia itu disebut-sebut master of mysticism, selalu mempersembahkan kesadaran seperti mimpi. "Sebagian besar koleksi puisi Transtroemer berciri ekonomi, hal-hal konkret, dan metafora. "Transtroemer telah beralih menuju format yang bahkan lebih kecil dengan derajat konsentrasi lebih tinggi," tutur salah satu juri.
    
Di sisi lain dalam jumpa persnya, Transtroemer yang murah senyum mengatakan bahwa hadiah yang diberikan terhadapnya terasa "sangat istimewa". orang Swedia ketujuh yang meraih hadiah bergengsi itu, akan menerima hadiah senilai 10 juta kronor Swedia (1,48 juta dollar AS atau 1,08 juta euro) pada acara penyerahan di Stockholm pada 10 Desember. Sementara istrinya, Monica, menjawab pertanyaan-pertanyaan lain yang diajukan karena suaminya menderita stroke pada 1990, yang menyebabkan kemampuan komunikasinya terganggu.


Uniknya sekretaris tetap Swedish Akademy, Peter Englund, mengatakan kepada televisi Swedia bahwa Transtroemer telah dinominasikan untuk hadiah itu setiap tahun sejak 1993.    
Oleh karenanya "Karyanya tentang kematian, sejarah, dan kenangan, melihat kita, menciptakan kita, dan membuat kita penting karena manusia bagian dari penjara tempat semua entitas besar bertemu," kata Englund kepada laman the nobelprize.org.
    
Sementara buku-buku kumpulan puisinya antara lain The Great Enigma: New Collected Poems (New Directions, 2006), The Half-Finished Heaven (2001); New Collected Poems (1997); For the Living and the Dead (1995); Baltics (1975); dan Windows and Stones (1972).


Perkenalan dengan Penyair Amerika


          Dilahirkan di Stockholm tahun 1931, Transtromer dibesarkan seorang diri oleh ibunya seorang guru setelah dia bercerai dengan ayahnya -- seorang wartawan. Dia mulai menulis puisi saat belajar di Sekolah Sodra Latin di Stockholm dan mencapai debutnya dengan koleksi "Seventeen Poems" pada usia 23 tahun setelah itu sejak tahun 1950-an, Transtromer berteman akrab dengan penyair Amerika Robert Bly, yang mengalihbahasakan banyak karyanya dalam bahasa Inggris dan beberapa Karya-karyanya telah dialihbahasakan ke lebih 50 bahasa.


Dengan demikian kita dapat melihat bahwa perkenalannya dengan penyair lain diluar negaranya dapat memberikan seseuatu yang baru, selebihnya dapat menciptakan karya menjadi di baca oleh semua orang, dengan bahasa yang diterjemahkan, tentunya ini faktor lain mengapa Transtomer mendapatkan hadiah tersebut.


           Dari perhelatan tersebut, ada pertanyaan kapan Indonesia akan menyandang gelar tersebut? Ya sangat besar kemungkinan untuk mendapatkan, selama karya sastra Indonesia telah dan dapat dibaca oleh orang dunia, dengan cara titik perantaranya adalah penerjemah. Kita sebagai masyarakat tidak hanya sebatas mengkonsumsi karya dunia, tentu kita juga harus di konsumsi oleh dunia.


Oleh karenanya dari hadiah nobel sastra tersebut dapat diambil beberapa point tertentu, semisal apa yang Jose Saramago, sastrawan Portugal pemenang hadiah nobel kesusastraan pada tahun 1998, bahwa karya sastra dunia diciptakan penerjemah, jadi posisi penerjemah sangat berperan penting untuk membuat karya sastra menjadi dibaca dan terpahami oleh dunia, sebab biasanya karya tersebut telah di alihbahasakan ke bahasa Inggris.


Pada titik inilah, sementara puisi “sang surealis” itu akan dinanti pasar pembaca sastra khususnya di Indonesia, karena akan diterjemahkan dan beberapa penyuka puisi sudah  mencoba menterjemahkan itu, lihat saja di internet-ruang-ruang maya, puisi Tranformer sudah mulai diterjemahkan, kita akan selalu menunggu akan terjemahan dari karya yang tentunya berkualitas, semoga dapat menjadi pelajaran.


*Oleh. Pungkit Wijaya, Penulis, penikmat puisi dan sedang menulis skripsi, bergiat di Forum Alternatif Sastra (FAS) Bandung.

Sabtu, 19 November 2011

Kisah si Periang 1


Saat matahari mulai mendaki
Keramaian yang sudah tidak asing lagi
Untuk kita nyatakan dengan teriakan

Disana, di suatu ruang yang menjulang
dimana orang-orang saling memberi
Dan mengisi dirinya dalam kehampaan

Hiruk pikuk para penduduk tak tertunduk
Sorak sorai kegembiraan melengkapi
Terik cahaya matahari satu-satunya
Yang tak kita pedulikan.

Hanya satu titik yang ada dalam kepala.

Tiba-tiba terdengar teriakan
Gemanya menembus perasaan yang bimbang

Kuingat lagi pesan- pesan sang rembulan.

Penghuni malam sunyi
Penunggu lautan tak bertepi.
Menjadi awal peristiwa tertutupnya langit biru
Oleh gumpalan asap hitam.
Disini..
Diruang waktu tak bertepi,
Tersimpan kisah si periang
Yang hidup diselimuti kegelapan.

Ombak-ombak menghantamnya bertubi-tubi
Menyayat bagai tikaman ribuan belati
Maka Butiran air nyeri menetes tak berwujud

Aku ambruk dalam getarannya, terperosok
dari tetesan butir air nyeri yang jatuh perlahan.
Terperosok dan terjerembab tak tertahan !

Bara api dari dasar laut Merayap,
menghasut keheningan

Tapi sepatah kata demi kata menyelinap
kedalam telinga dan tungku-tung
kumemadamkan api dasar lautanku

Menghentikan getaran bumi yang sakit
dan bintang-bintang yang menganga Penuh tanya.

Menyiasati keindahan alam.

Sang rembulan tersenyum
cahayanya memancar dan memantul lagi.
Suasana bumi dan langitpun
terasa Keramahannya

Maka lautan semakin sunyi
Dan begitu indah untuk kita jelajahi


2011

Saeful Mustofa lahir di Bandung 12-06-1993. Tercatat sebagai mahasiswa jurusan Tafsir Hadits fakultas Ushuluddin UIN SGD Bandung.