Saat matahari mulai mendaki
Keramaian yang sudah tidak asing lagi
Untuk kita nyatakan dengan teriakan
Disana, di suatu ruang yang menjulang
dimana orang-orang saling memberi
Dan mengisi dirinya dalam kehampaan
Hiruk pikuk para penduduk tak tertunduk
Sorak sorai kegembiraan melengkapi
Terik cahaya matahari satu-satunya
Yang tak kita pedulikan.
Hanya satu titik yang ada dalam kepala.
Tiba-tiba terdengar teriakan
Gemanya menembus perasaan yang bimbang
Kuingat lagi pesan- pesan sang rembulan.
Penghuni malam sunyi
Penunggu lautan tak bertepi.
Menjadi awal peristiwa tertutupnya langit biru
Oleh gumpalan asap hitam.
Disini..
Diruang waktu tak bertepi,
Tersimpan kisah si periang
Yang hidup diselimuti kegelapan.
Ombak-ombak menghantamnya bertubi-tubi
Menyayat bagai tikaman ribuan belati
Maka Butiran air nyeri menetes tak berwujud
Aku ambruk dalam getarannya, terperosok
dari tetesan butir air nyeri yang jatuh perlahan.
Terperosok dan terjerembab tak tertahan !
Bara api dari dasar laut Merayap,
menghasut keheningan
Tapi sepatah kata demi kata menyelinap
kedalam telinga dan tungku-tung
kumemadamkan api dasar lautanku
Menghentikan getaran bumi yang sakit
dan bintang-bintang yang menganga Penuh tanya.
Menyiasati keindahan alam.
Sang rembulan tersenyum
cahayanya memancar dan memantul lagi.
Suasana bumi dan langitpun
terasa Keramahannya
Maka lautan semakin sunyi
Dan begitu indah untuk kita jelajahi
2011
Saeful Mustofa lahir di Bandung 12-06-1993. Tercatat sebagai mahasiswa jurusan Tafsir Hadits fakultas Ushuluddin UIN SGD Bandung.
0 komentar:
Posting Komentar