Revenue

Jurnal SASAKA

Edisi Juni 2012

Minggu, 26 Agustus 2012

Indonesia Mudik

MUDIK adalah ciri khas kebudayaan Indonesia. Buktinya, Alan M. Stevens dan A. Ed. Schmidgall-Tellings, penyusun A Comprehensive Indonesian-English Dictionary (2010), tidak menemukan padanan yang tepat buat istilah mudik. Mereka hanya dapat menerjemahkannya menjadi “go back to one’s native village at Lebaran”. Alhasil, dalam urusan mudik, kamus dwibahasa (yang mencari padanan kata) pun terpaksa menyerupai kamus ekabahasa...

Selasa, 10 Juli 2012

KISAH SI PERIANG 1

Mushtofa Dari timur langit, matahari beranjak Pada ketinggian yang paling mashur Pada keramaian yang tak mengenal kata asing Meski hanya dinyatakan lewat kebisuan Di sana, di ruang pengembaraan burung-burung Di mana angan-angan manusia telah bersayap Dan menelanjangi dirinya dalam kebebasan Kudengar hiruk pikuk para penghuni dusun Menggotong sorak sorai kegembiraan yang fana Melebihi kemasabodohan terik matahari Yang menginjak-nginjak...

Minggu, 08 Juli 2012

PANJALU SATU

Bila taqdir kematian pikiran yang tersimpan dalam keberadaanku ini  Terhitung dengan seberapa banyak kuterlupa tentangmu      Alangkah siksa-siksa yang paling menyakitkan ini, akan berupa sesuatu Yang memutuskan perasaanku dengan perasaanku yang lainnya Seumpama memenggal helaan napas satu Dengan helaan yang lainnya, gila! Seumpama kekeruhan dari sumber mata cahaya yang memerihkan mata; kehilangan jejak-jejak...

Senin, 11 Juni 2012

OMBAK YANG MELINTAS DAN ANAK-ANAK YANG BERLARI

1 Kota yang berdenyut, melintasi batas kelelahan manusia. Lampu-lampu menyeruak ke seluruh koridor dan trotoar seakan membakar jasadku! Tak ada denyut terakhir selain denyut jantung beton yang telah memuai di pusara kota ini. Kesadaranmu barangkali hanya kepada seorang gadis tuli tanpa ibu. Dari jemarinya aku tahu betapa kokohnya sebuah bahasa. Diam-diam, dadaku menyimpan ombak biru gelombang pembawa pesan dari luasnya kenyataan laut. Kutukan...

Sabtu, 09 Juni 2012

SASTRA TRANSFORMATIF - TRANSENDENTAL

Emha Ainun Najib pernah menyatakan bahwa karya-karya Kuntowijoyo, setelah ia sembuh dari sakit, merepresentasikan kematangan dan kedalaman. Karya-karyanya lebih bersifat kontemplatif dan reflektif. Bagi Emha, saat-saat Kunto dirundung sakit adalah seperti masa tapa, saat berkepompong, dan setelah sembuh, Kunto menjelma menjadi seekor kupu-kupu. Tetapi, bila kita melihat cerpen terbarunya yang berjudul “Jl Kembang Setaman, Jl Kembang Boreh, Jl. Kembang Desa, Jl Kembang Api”, maka lontaran pernyataan Emha itu tidak tepat jika dialamatkan kepada Kuntowijoyo....