Mushtofa |
Dari timur
langit, matahari beranjak
Pada
ketinggian yang paling mashur
Pada
keramaian yang tak mengenal kata asing
Meski hanya
dinyatakan lewat kebisuan
Di sana, di
ruang pengembaraan burung-burung
Di mana
angan-angan manusia telah bersayap
Dan
menelanjangi dirinya dalam kebebasan
Kudengar
hiruk pikuk para penghuni dusun
Menggotong
sorak sorai kegembiraan yang fana
Melebihi
kemasabodohan terik matahari
Yang
menginjak-nginjak benak kepalaku
Hanya satu
titik yang termaktub dalam kepala.
Engkau
kekasihku, yang memulai kekhusuan baru
Dan memupus
senja di jejak kenanganku
Tiba-tiba
teriakan dewasamu
Bergema
menembus perasaanku yang bimbang
Terhadap
jendela kebijaksanaan malam
Yang harus
aku lewati dari sini
Dari ruang
waktu tak bertepi,
Yang
menyimpan kisah kasih si periang
.
Maka
kuingatlah pesan-pesan sang rembulan;.
Tentang
penghuni malam sunyi.
Tentang
penunggang mimpi-mimpi tak bersayap
Yang menjadi
muasal peristiwa terhizabnya langit
.
Langit bagai
laut, angin bagai ombak-ombak
Yang
menghantam anganku bagai buih-buih
Rembulan
kenanganku, maafkan aku
Yang
menenggelamkan bayanganmu
Maka dingin
air jamuanmu seolah langsung
Menusuki
rongga-rongga selaput tubuhku
Aku ambruk
dan terkubur dalam amuknya
.
Tapi suara
demi suaramu menyelinap lagi
Ke dalam
jantung dan menjadi tungku-tungku
Yang
menghangatkan dingin suka cita
Lalu
yakinlah bumi untuk tidak memimpikan
Bintang-bintang.
semalampun
Sang
rembulan tersenyum,
Keramahanpun
dirasakan bumi dan langit
Dari barat
langit, matahari sembunyi dan bertapa
Pada
kedalaman surga rembulan yang lebih mashur
2011
Musthofa Nayadirga. Lahir di Bandung. Mahasiswa
Tafsir Hadits UIN SGD Bandung. Eksponen Komunitas Sasaka. Tukang puisi dan penyembah wanita.
0 komentar:
Posting Komentar