Revenue

Selasa, 10 Juli 2012

KISAH SI PERIANG 1

Mushtofa
Dari timur langit, matahari beranjak
Pada ketinggian yang paling mashur

Pada keramaian yang tak mengenal kata asing
Meski hanya dinyatakan lewat kebisuan

Di sana, di ruang pengembaraan burung-burung
Di mana angan-angan manusia telah bersayap
Dan menelanjangi dirinya dalam kebebasan

Kudengar hiruk pikuk para penghuni dusun
Menggotong sorak sorai kegembiraan yang fana

Melebihi kemasabodohan terik matahari
Yang menginjak-nginjak benak kepalaku

Hanya satu titik yang termaktub dalam kepala.
Engkau kekasihku, yang memulai kekhusuan baru
Dan memupus senja di jejak kenanganku
                                                                             
Tiba-tiba teriakan dewasamu
Bergema menembus perasaanku yang bimbang
Terhadap jendela kebijaksanaan malam
Yang harus aku lewati dari sini

Dari ruang waktu tak bertepi,
Yang menyimpan kisah kasih si periang
.
Maka kuingatlah pesan-pesan sang rembulan;.

Tentang penghuni malam sunyi.
Tentang penunggang mimpi-mimpi tak bersayap
Yang menjadi muasal peristiwa terhizabnya langit
.
Langit bagai laut, angin bagai ombak-ombak
Yang menghantam anganku bagai buih-buih

Rembulan kenanganku, maafkan aku
Yang menenggelamkan bayanganmu

Maka dingin air jamuanmu seolah langsung
Menusuki rongga-rongga selaput tubuhku

Aku ambruk dan terkubur dalam amuknya


 .
Tapi suara demi suaramu menyelinap lagi
Ke dalam jantung dan menjadi tungku-tungku
Yang menghangatkan dingin suka cita

Lalu yakinlah bumi untuk tidak memimpikan
Bintang-bintang. semalampun

Sang rembulan tersenyum,
Keramahanpun dirasakan bumi dan langit

Dari barat langit, matahari sembunyi dan bertapa
Pada kedalaman surga rembulan yang lebih mashur


2011


Musthofa Nayadirga. Lahir di Bandung. Mahasiswa Tafsir Hadits UIN SGD Bandung. Eksponen Komunitas Sasaka. Tukang puisi dan  penyembah wanita. 

Do you like this story?

Tulisan Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar